Peluang Usaha CD Bekas
Kata yang tepat untuk orang-orang yang nggak ada matinya berfikir adalah kreatif. Kalau yang lain berfikir membuang, maka orang yani ini selalu punya ide untuk memanfaatkan benda bekas.Nah, pesannya buat kita adalah jangan meremehkan sesuatu, bisa jadi sesuatu yang kita remehkan akan menjadi sumur uang buat kita. Ayo kita berkreasi, manfaatkan CD bekas.
CD bekas yang konon jumlahnya mencapai miliaran keping seringkali hanya dibuang begitu saja ke tempat sampah. Padahal, benda ini bisa di modifikasi menjadi hiasan yang unik dan menarik. Seperti yang ditunjukkan oleh Tri Heri Subagyo, lewat usaha yang dirintisnya: Alit Craft. Wiyono
Sejak pertama kali diproduksi, kehadiran compact disc seolah telah menyingkirkan keberadaan pita kaset. Alasannya, cakram padat sebagai alat penyimpan data, baik dokumen, gambar, suara, maupun film ini, memiliki kapasitas penyimpanan yang jauh lebih besar. Maka tidak heran jika CD termasuk VCD dan DVD yang beredar di pasaran jumlahnya terus meningkat. Kalau pada tahun 2004 saja sudah terdapat sekitar 30 miliar keping CD, maka saat ini mungkin sudah mencapai ratusan miliar. Padahal, benda ini tergolong kurang awet karena rentan terkena gores, debu, panas dan sebagainya.
Jika setiap keping CD yang rusak lantas dibuang begitu saja sama artinya menciptakan pencemaran lingkungan yang luar biasa. Maka jangan buru-buru membuang tumpukan kaset CD, VCD, dan DVD rusak ke keranjang sampah. Mengapa? Kaset CD bekas masih bisa dimanfaatkan. Tengok saja usaha yang dirintis oleh Tri Heri Subagyo. Warga Bekasi ini memanfaatkan limbah CD bekas sebagai bahan baku kerajinan unik nan cantik.
Alit CraftBerbagai hiasan menarik telah dihasilkan mulai dari bingkai foto, tempat pensil, binatang, boneka Jepang, pin hingga rumah-rumahan. Sekilas, orang pasti tidak akan menyangka jika bahan baku hiasan itu terbuat dari CD bekas. Sebab setelah dipadupadankan dengan bahan-bahan lain, bentuk bahan aslinya nyaris tidak kelihatan. Bentuk dominan cakram bundar terkadang memang masih mudah dikenali, kecuali jika memang sengaja dipotong-potong ke bentuk lain sesuai dengan ide pembuatannya. “Bahkan ketika berada di pameran, hiasan dinding ini disangka dari kaca. Setelah kita jelaskan mereka sangat tertarik,” ujar Heri.
Kerajinan Alit Craft dimulai sekitar pertengahan 2008. Awalnya Heri menggunakan limbah kayu-kayu bekas yang harganya murah. Namun usahanya itu sempat terhenti dan baru dilanjutkan Januari 2009, yakni setelah ia mendapat gagasan membuat kerajinan yang memanfaatkan limbah CD bekas. Secara kebetulan ia juga bekerja freelance di bidang IT sehingga ditempatnya banyak terdapat CD bekas. Di samping itu bahan baku juga mudah diperoleh di tempat pemulung, yang biasanya dihargai Rp5 ribu/kg.
Ulasan selengkapnya dapat dibaca di Majalah Pengusaha edisi 97/Agustus 2009.
Sejak pertama kali diproduksi, kehadiran compact disc seolah telah menyingkirkan keberadaan pita kaset. Alasannya, cakram padat sebagai alat penyimpan data, baik dokumen, gambar, suara, maupun film ini, memiliki kapasitas penyimpanan yang jauh lebih besar. Maka tidak heran jika CD termasuk VCD dan DVD yang beredar di pasaran jumlahnya terus meningkat. Kalau pada tahun 2004 saja sudah terdapat sekitar 30 miliar keping CD, maka saat ini mungkin sudah mencapai ratusan miliar. Padahal, benda ini tergolong kurang awet karena rentan terkena gores, debu, panas dan sebagainya.
Jika setiap keping CD yang rusak lantas dibuang begitu saja sama artinya menciptakan pencemaran lingkungan yang luar biasa. Maka jangan buru-buru membuang tumpukan kaset CD, VCD, dan DVD rusak ke keranjang sampah. Mengapa? Kaset CD bekas masih bisa dimanfaatkan. Tengok saja usaha yang dirintis oleh Tri Heri Subagyo. Warga Bekasi ini memanfaatkan limbah CD bekas sebagai bahan baku kerajinan unik nan cantik.
Alit CraftBerbagai hiasan menarik telah dihasilkan mulai dari bingkai foto, tempat pensil, binatang, boneka Jepang, pin hingga rumah-rumahan. Sekilas, orang pasti tidak akan menyangka jika bahan baku hiasan itu terbuat dari CD bekas. Sebab setelah dipadupadankan dengan bahan-bahan lain, bentuk bahan aslinya nyaris tidak kelihatan. Bentuk dominan cakram bundar terkadang memang masih mudah dikenali, kecuali jika memang sengaja dipotong-potong ke bentuk lain sesuai dengan ide pembuatannya. “Bahkan ketika berada di pameran, hiasan dinding ini disangka dari kaca. Setelah kita jelaskan mereka sangat tertarik,” ujar Heri.
Kerajinan Alit Craft dimulai sekitar pertengahan 2008. Awalnya Heri menggunakan limbah kayu-kayu bekas yang harganya murah. Namun usahanya itu sempat terhenti dan baru dilanjutkan Januari 2009, yakni setelah ia mendapat gagasan membuat kerajinan yang memanfaatkan limbah CD bekas. Secara kebetulan ia juga bekerja freelance di bidang IT sehingga ditempatnya banyak terdapat CD bekas. Di samping itu bahan baku juga mudah diperoleh di tempat pemulung, yang biasanya dihargai Rp5 ribu/kg.
Ulasan selengkapnya dapat dibaca di Majalah Pengusaha edisi 97/Agustus 2009.
1
5 September 2011 pukul 17.05
Online Marketing
salam kenal